Author: Abdul Wasik

MENUAI MANFAAT DIBULAN PENUH BERKAH (Membaca Tradisi Sebagai Wahana Memperbaiki Diri)

 

Hari ini, selasa 29 Oktober 2019 dan bertepatan dengan awal bulan Rabiul Awal 1441 H, dan sudah mafhum bagi kaum muslim untuk bersiap-siap mengagungkan dan berharap berkah dari bulan lahirnya sang baginda Nabi Muhammad SAW . Kami sebagai ummatnya merasa bangga ketika diberi kesehatan dan kesempatan untuk merayakannya seraya mengambil ibroh dan secercah harapan bisa merenungkan dan mensuri teladani amaliyahnya dalam kehidupan sehari-hari.Pembaca yang budiman, banyak hal tersimpan dalam beberapa peristiwa penting   yang terkait dengan perkembangan umat Islam yang harus diketahui umat Islam di bulan Rabiul Awal ini. Atau Bahkan, peristiwa tersebut membuat kita dan masyarakat di Indonesia menjadi bagian umat Islam di seluruh dunia.

Peristiwa pertama yaitu maulid (kelahiran) Nabi Muhammad SAW sendiri. Beliau dilahirkan di Makkah, kira-kira 200 M dari Masjidil Haram pada Senin menjelang terbit fajar 12 Rabiul Awwal tahun Gajah bertepatan dengan 20 April 571 M. Kini tempat kelahiran Nabi itu dijadikan perpustakaan “Maktabah Makkah al-Mukarramah”. Dan menurut Gus muwafiq, mekkah dijadikan sebagai Guidance Islam karena dari sinilah ummat islam seluruh dunia bisa mengetahui sejarah para nabi-nabi sebelumnya yang merupakan regulasi islam sejak nabi adam sampai pada nabi sang pujaan.

Peristiwa kedua, tahun kelahiran nabi dikenal dengan ‘Tahun Gajah’ karena pada waktu itu tentara Abrahah dari Yaman menyerang Makkah untuk menghancurkan Ka’bah. Mereka datang dengan mengendarai gajah. Namun, mereka gagal karena Allah mengirimkan pasukan burung Ababil dari angkasa yang menghujani pasukan gajah tersebut dengan batu dari neraka. Mereka hancur bak daun dimakan ulat. Peristiwa ini pun diabadikan dalam al-Quran surah al-Fiil ayat 1 – 4. Kejadian ini sebagai tanda kekuasaan Allah bagi siapapun yang menyerang islam dan bermaksud memporak porandakan tatanan masyarakat yang telah nyaman maka pastilah Allah yang akan menghancurkan.

Peristiwa ketiga, di bulan Rabiul Awal adalah hijrahnya Nabi SAW . Bulan Muharram memang ditetapkan sebagai awal perhitungan tahun Hijriyah. Akan tetapi, hijrahnya Nabi SAW sendiri tidak terjadi pada bulan Muharram, melainkan pada bulan Rabi’ul Awal. Dalam Sirah Nabawiyah karya Syaikh Shafiyurrahman Mubarakfuri disebutkan bahwa Beliau mulai berhijrah meninggalkan Gua Tsur malam Senin tanggal 1 Rabi’ul Awal tahun I Hijriyah (16 September 622 M). Nabi SAW  sampai di Quba hari Senin tanggal 8 Rabiul Awal tahun 1 H (23 September 622 M), lalu berdiam di sana selama empat hari, yaitu hari Senin, Selasa, Rabu, dan Kamis. Nabi SAW  selanjutnya memasuki Madinah hari Jumat tanggal 12 Rabiul Awal tahun 1 H.

Momentum itu bisa dikatakan sebagai proklamasi tegaknya negara Islam di Madinah. Dan di bulan Rabiul Awal tersebut menjadi era baru fase dakwah setelah 13 tahun Rasulullah SAW berdakwah di Makkah dengan segala lika-liku dan suka duka rintangannya. Di Madinah pula Rasul SAW  menerapkan Islam dalam berbagai aspek kehidupan. Tidak hanya dalam aspek aqidah, ibadah dan muamalah yang masih terbatas seperti halnya di Makkah. Di kemudian hari, Rasul pun berhasil menaklukkan kota Makkah dan memimpin masyarakat Islam hampir di seluruh jazirah Arab.

Peristiwa keempat, yang tak kalah pentingnya adalah wafatnya Rasulullah dan dibaiatnya Abu Bakar sebagai khalifah pertama umat Islam. Dalam as-Sirah an-Nabawiyah-nya, Ibnu Katsir menerangkan bahwa Nabi SAW  wafat pada hari Senin tanggal 12 Rabiul Awal tahun 11 H. Ibnu Katsir berkata, “Inilah tanggal yang dipastikan oleh Al-Waqidi dan Muhammad bin Saad”. Wafatnya Nabi SAW ini menjadi pertanda lahirnya negara Khilafah Rasyidah. Sebab pada hari yang sama, bahkan sebelum jenazah Nabi SAW  dimakamkan, umat Islam telah membaiat Abu Bakar Shiddiq sebagai khalifah di Saqifah Bani Saidah.

Peristiwa ini menunjukkan bahwa kepemimpinan yang dirintis Rasulullah tidaklah berhenti. Memang era kenabian telah berakhir ketika Rasulullah SAW wafat, tetapi kepemimpinan beliau sebagai kepala negara, ditandai dengan menerapkan berbagai hukum kepada masyarakat, terus berlanjut dengan diangkatnya Abu Bakar sebagai khalifah. Dilanjutkan oleh Umar bin Khattab, Utsman bin ‘Affan dan Ali bin Abi Thalib. Era ini dikenal dengan era Khulafaur Rasyidin. Hal ini menandakan bahwa sejarah telah mencatat “ masa kenabian telah selasai dan telah sempurna, sehingga kesempurnaan ini diabadikan oleh Allah dalam QS. Al-Maa-idah: 3:

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا

“… Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama bagimu …”

Selain itu, regenerasi kepemimpinan sangatlah dibutuhkan sebagai manifestasi manusia sebagai kholifah dimuka bumi ini, tidak lagi bersifat monarki, namun selalu mengedepankan profesional dan proposional sebagaimana nabi bersabda; إذا وُسِّدَ الأمرُ إلى غير أهله فانتظر الساعة“Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu.”

Mengetahui sejarah memang penting. Akan tetapi, yang lebih penting adalah mengambil hikmah dari sejarah-sejarah tersebut. Sehingga generasi kita tidak salah langkah pada hari ini dan masa ke depannya. falyaf’al

Categories: P3M STAI AT TAQWA